music

Kamis, 14 Maret 2013

KEPRAMUKAAN BAGI PRAMUKA PANDEGA DI PERGURUAN TINGGI

   Kapramukaan bagi Pramuka Pandega diperguruan tinggi yang dilaksanakan dengan Prinsip Dasar dan Metodik Kepramukaan haruslah berfungsi sebagai pengabdian yang bersifat pendidikan atau pendidikan yang bersifat pengabdian.
   Bagi Perguruan Tinggi yang bersangkutan, kepramukaan berfungsi sebagai alat untuk mencapai sasaran dan tujuan “mission” Perguruan Tinggi. Sedangkan bagi Gerakan Pramuka, Kepramukaan bagi pandega sebagai mahasiswa berfungsi sebagai alat untuk mencapai sasaran dan tujuan Gerakan Pramuka serta alat untuk pembentukan kader kepemimpinan Gerakan Pramuka.
   Sehungan dengan hal diatas, sasaran Kepramukaan bagi Pramuka Pandega Perguruan Tinggi ada;ah agar mahasiswa sebagai Pramuka Pandega itu menjadi :
 
a.     Manusia Pancasila yang sehat dan kuat mental, moral dan pisiknya dan berguna bagi nusa, bansa dan negara Indonesia.
b.     Manusia yang mantap pengetahuan, pengalaman dan keterampilan.
c.      Manusia yang dapat dipercaya.
d.     Manusia matang yang berani dan mampu menghadapi tugas berat dan kesukaran serta mandiri
e.      Manusia teguh yang tidak terguyahkan oleh berbagai godaan dan ungkapan massa.
f.       Manusia yang mau memberi pengorbanan demi kejayaan nusa, bangsa dan negara Indonesia.
g.      Manusia yang memiliki patriotisme yang berpandangan luas.
h.      Manusia yang memiliki kepemimpinan yang kuat.
 
Dengan sasaran tersebut, diharapkan para mahasiswa pramuka pandega mampu melaksanakan secara efisien dan efektif Tri Dharma Perguruan Tinggi dan kepemimpinan Gerakan Pramuka. Untuk mencapai sasaran tersebut diatas, Kepramukaan bagi para mahasiswa Pramuka Pandega itu harus merupakan proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang sehat, menyenangkan, modern, menantang sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, kondisi dan situasi Pramuka Pandega.

Proses pendidikan bagi Pramuka Pandega itu dilakukan dalam bentuk :
a.      Proses pertemuan Pramuka Pandega.
b.     Proses pertukaran pikian yang diikuti perbuatan nyata.
c.      Perbuatan nyata dalam bentuk pengabdian masyarakat yang bersifat pendidikan atau proses pendidikan dalam bentuk pengabdian masyarakat.
            Kegiatan sebagai proses pendidikan dalam kepramukaan bagi Pramuka Pandega mahasiswa haruslah disusun dengan memperhatikan faktor- faktor sebagai berikut :
1.      Sasaran dan tujuan kegiatan yang dilaksanakan.
 
Sasaran kegiatan adalah suatu hasil yang harus dicapai secara konkret setelah seorang Pramuka Pandega mengikuti kegiatan ( misalnya sikap, tindak lakunya, kemampuannya, keterampilannya, disiplinnya dan sebagainya.Sedangkan tujuan kegiatan adalah suatu yang diidamkan untuk dicapai setelah " memberi bekal pengalaman" dan sebagainya.

Sasaran dan tujuan kegiatan merupakan tonggak penunjuk arah kegiatan, apa, isi kegiatan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan dan dievaluasi. Sasaran dan tujuan mer
upakan indikator keberhasilan suatu kegiatan.

Sasaran dan tujuan suatu kegiatan disusun oleh, untuk dan sesuai aspirasi para Pramuka Pandega.
 
2.      Subyek dan Obyek Kegiatan

Dengan landasan kegiatan oleh dan untuk Pramuka Pandega, mereka merupakan subjek daripada kegiatan. Merekalah yang merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasinya.

Partisipasi aktif Pramuka Pandega dalam setiap kegiatan merupakan suatu syarat berhasilnya kegiatan itu. Dengan cara itu, proses pendidikan benar- benar terjadi pada diri Pramuka Pandega.Partisipasi itu jangan sebagai hasil paksaan atau perintah pembina, tetapi didasarkan pada kesukarelaan, senang, minat dan kesadaran. Hal ini bisa terjadi kalau mereka menilai kegiatan itu sebagai suatu yang dicarinya, sesuatu yang dibutuhkannya, sesuatu yang menantangnya. Para Pramuka Pandega merupakan objek kegiatan sebagai bentuk proses pendidikan.
 
3.      Masyarakat ( lingkungan dimana Pramuka Pandega dan Satuan Pramuka Pandega hadir )

Gerakan Pramuka mati hidupnya tergantung pada sikap dan dukungan masyarakat. Masyarakat akan simpati pada Gerakan Pramuka kalau masyarakat merasakan manfaat dan peran Gerakan Pramuka dalam berbagai kegiatan masyarakat. Untuk itu setiap merancang dan merencanakan kegiatan selalu diperhatikan aspirasi masyarakat dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

Untuk mengetahui dan memahami aspirasi, kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat, para Pramuka Pandega perlu melakukan kegiatan- kegiatan ekspedisi dan penelitian secara teratur dan terencana. Hasil kegiatan ini dijadikan dasar dilaksanakannya kegiatan pengabdian. Peran majelis pembimbing sangat penting.
 
4.      Pembina Pramuka Pandega

Dalam kegiatan Pembina Pandega itu haruslah bersikap sebagai pamong yang menerapkan sisitem among, ialah bersikap dimuka memberi tulada, ditengah- tengah peserta didik menumbuhkan karsa dan dibelakang memotivasi serta bertindak sebagai mitra karya Pramuka Pandega binaannya, konsultan, pembimbing, motivator yang menumbuhkan karsa dan karya Pramuka Pandega.

Untuk dapat melaksanakan funsinya dalam setiap kegiatan secara efisien dan efektif, pembina Pramuka Pandega itu harus mengeri dan menghayati kepramukaan, Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan, Program Peserta Didik ( Youth Programme ).
 
5.      Sumber Filsafah Pendorong Kegiatan Kepramukaan

Setiap kegiatan ( Kepramukaan ) sesuai dengan kepentingan nasional, selalu bersumber dan mengkait pada falsafah bangsa dan negara Pancasila, karena Pancasila merupakan asas Gerakan Pramuka dan juga sasaran kepramukaan adalah pembentukan tenaga kader pambangunan yang bermoral pancasila.

Dalam mendidikkan sikap dan tindak laku manusia Pancasila, perlu dihayati arti pentingnya nilai juang 1945 dan ketahanan nasional ( IPOLEKSOSBUDHAMKAMNAS) oleh setiap Pramuka. Penghayatan Pancasila, nilai juang 1945 dan ketahanan nasional dalam kepramukaan bukanlah diberikan dengan cara petuah dan pidato tetapi langsung dipraktekkan dan diterapkan dalam setiap acara kegiatan.
 
6.      Manajemen Dalam Kegiatan Kepramukaan

Efisien dan efektifnya kegiatan sebagai bentuk konkret proses pendidikan dalam kepramukaan tergantung pada diterapkan atau tidaknya manajemen pada kegiatan. Setiap acara kegiatan harus dikelola dengan baik.

Proses memanajemeni kegiatan berupa Perencanaan, Pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Dengan manajemen yang baik, setiap kegiatan dalam Kepramukaan akan berjalan secara ternencana, terarah, teratur, efisien dan efektif. Dalam satuan Pramuka Pandega, merekalah yang memanejemeni kegiatan.
 
7.      Organisasi

Gugusdepan merupakan ujung tombak Gerakan Pramuka karena didalam gugusdepanlah hadirnya Pramuka sebagai target Kepramukaan dan terjadinya proses pendidikan.

Organisasi gugusdepan dibagi menjadi satuan- satuan Pramuka ialah Perindukan siaga, Pasukan Penggalang, Ambalan Penegak dan Racana Pandega. Satuan- satuan ini kemudian dibagi menjadi satuan- satuan kecil ialah Barung Siaga, Regu Penggalang, Sangga Penegak dan Reka Pandega. Dalam satuan- satuan inilah ditumbuhkan dan dikembangkan ketahanan moral/ spiritual, pisik, intelektual, emosional, sosial peserta didik.

Organisasi baik gugusdepan maupun Satuan- satuan, sebagai wadah proses pendidikan dalam Kepramukaan perlu dikelola secara efisien dan efektif agar wadah ini benar- benar menjadi pelancar jalannya proses pendidikan dalam Kepramukaan yang bentuknya konkret berupa kegiatan - kegiatan.

Jangan hendaknya Organisasi Gerakan Pramuka menjadi organisasi kaku yang penuh birokratisme. Adanya kebebasan yang bertanggungjawab bagi para pengelola organisasi itu perlu. Hanya dengan cara demikian itulah kegiatan akan berjalan efisien dan efektif.

Untuk pembinaan dan pengembangan minat Iptek, para Pramuka Pandega di dorong untuk bergabung dalam Satuan Karya ( Saka )
 
8.       Syarat Kecakapan Umum dan Tanda Kecakapan Khusus

Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan perlu adanya pedoman dasar/ tolak ukur kegiatan. Dalam proses pendidikan, Syarat Kecakapan Umum dan Tanda Kecakapan Khusus  ( TKK ) merupakan pedoman dasar pelaksanaan kegiatan dalam Kepramukaan.

SKU dan TKU secara periodik di "reviewed" untuk disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, kepentingan dan situasi kondisi Pramuka dan lingkungannya. dengan demikian kegiatan- kegiatan tidak menjadi/ dianggap barang kuno.
          Dalam rangka kaderisasi kepemimpinan Gerakan Pramuka, para Pramuka Pandega mahasiswa dimotivasi agar pada akhir studinya di Perguruan Tinggi mereka telah menjadi Pembina Pramuka Mahir. Untuk itu selama di Perguruan Tinggi, mereka dimitivasi untuk mengikuti Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar ( KMD ) dan tingkat lanjutan ( KML ).

Baden Powel
Tulisan ini hanya berisi penggalan makalah yang disampaikan pada acara Semiloka dan Pengembangan Karya Inovatif Pramuka Perguruan Tinggi wilayah B di Semarang

Menikah / Kuliah?!?




Biasanya, alur kehidupan seorang perempuan adalah: kuliah-bekerja- menikah-punya anak. Tapi ada beberapa perempuan yang menurut saya berani ambil risiko dengan menikah dulu sebelum lulus kuliah. Kenapa menurut saya penuh risiko?
Kehidupan setelah menikah dan menjadi ibu yang sekarang saya jalani ini menurut saya sangat kompleks. Mengayomi anak, menjadi partner suami, keuangan keluarga, dan lain sebagainya dan seterusnya.
Saya tidak sanggup membayangi dalam kondisi saat ini tapi saya sambil kuliah. Harus mengerjakan tugas, mikirin skripsi, mengejar dosen, haduuuuh … bisa pecah kepala!
Dua di antara perempuan yang mengambil risiko untuk menikah (lalu kemudian punya anak) sambil meneruskan kuliah adalah Gemma dan Dhalia yang menikah di usia 23 tahun.
Alasan menerima pinangan :D apa?
Lia: Terlalu klise kalo saya bilang saya mencintai dia, awalnya saya juga gak mengira akan menikah secepat itu. Kaget waktu cuma nanya SMS “Lagi apa?” dan dia jawab ” Lagi ngomong sama mama dan ayah kapan ada waktu untuk melamar kamu”. Itulah awalnya … kaget karena sebelumnya kita tidak pernai membicarakan pernikahan, meskipun kalau pas berantem (waktu pacaran) dia selalu bilang “Tahun depan aku nikahin kamu”. Tapi pada dasarnya saya merasa  hubungan yang dijalani selama kurang lebih 2 tahun membuat kami saling membutuhkan dan kami pun sama-sama nyaman menjalani hubungan ini. Itu pertimbangan utama saya.
Gemma: Alasannya adalah … lakinya ngebet! Hahaha, awalnya tidak menyangka bakal nikah semuda itu, tapi pacar saat itu pintar ambil hati dan sebenarnya memang sudah sreg dan ngebet kawin juga, sih … (apa ini yang namanya dibutakan gejolak nafsu kawula muda?)
http://mommiesdaily.com/wp-content/uploads/2011/11/sendshare8-600x480.jpg
Sempat ada pertimbangan untuk tunggu selesai kuliah dulu baru menikah?
Lia: Pasti ada. Tapi jujur saat itu saya tidak bisa ambil keputusan sendiri, agak bingung juga, nih. Jadi sebelum ambil keputusan, saya diskusi dengan kakak (yang kebetulan belum menikah) dan ibu saya. Mereka menyerahkan pada saya dan mendukung apa pun keputusannya. Cuma catatan dari ibu dan bapak adalah walaupun sudah nikah kuliah harus diselesaikan. Bahkan setelah menikah saya masih dapat supply biaya kuliah 1 semester dari orangtua, sempat menolak tapi orangtua maksa kata mereka, “Ini terakhir kali, kok, mama sama papa biayain pendidikan kamu.” Hiks, jadi sedih mengingatnya.
Gemma: Sempat banget, orangtua juga maunya lulus dulu baru nikah. Apalagi saya juga sempat ganti jurusan kuliah. Tapi lagi-lagi calon suami dan keluarganya ingin cepat-cepat nikah (tolooong aku, mak!). Suami juga berusaha meyakinkan bahwa menikah bukan halangan untuk lulus kuliah. Halangan memang tidak, sih, tapi lulusnya jadi lama, yaaa. Pokoknya saat itu calon suami jamin si cewek kuliahnya tak akan terbengkalai, didukung sepenuh jiwa raga, hal itu juga yang akhirnya membuat saya mengiyakan pinangan. Uhuy.
Setelah menikah, lanjut atau cuti cuti kuliah?
Lia: Saat itu saya nikah Agustus 2004, Alhamdulillah selang sebulan setelah menikah saya dinyatakan hamil 2 minggu. Kami memang tidak ingin menunda punya anak. Saat itu awal semester baru dimulai, sampai usia kehamilan 6 bulan saya masih tetap kuliah. Alhamdulillah saya kuat dan senang menjalani masa-masa kuliah saat hamil, kerja pula. Duhhh capenya terasa banget, apalagi selesai kuliah pagi, langsung ngantor, tapi untuk semester berikutnya saya ambil cuti kuliah 1 semester karena usia kandungan sudah 7 bulan. Dua bulan lagi bakal melahirkan, deh … lalu berpikir lagi setelah melahikran berencana ASI eksklusif jadilah ambil cutinya 2 semester.http://mommiesdaily.com/wp-content/uploads/2011/11/Bertiga-600x399.jpg
Gemma: Alhamdulillah 2-3 bulan setelah nikah langsung hamil. Tetap lanjut kuliah, justru jadi semangat kuliahnya dengan perut buncit, berasa diperhatikan sekeliling, halah…. Paling yang tidak tahu menyangka tekdung lebih dulu, hahaha. Kebetulan suami juga teman sekelas, jadilah tiap hari kita kuliah bertiga sama si bayi di kandungan :D
Setelah menikah dan punya anak, bagaimana membagi waktu dengan kuliah?
Lia: Alhamdulilah saat saya masih kuliah saya masih tinggal sama mertua yang dengan senang hati menjaga anak saya. Ketika kuliah sambil kerja, jadwal kuliah memang tinggal sedikit jadi saya tidak setiap hari kuliah. Untuk kuliah, saya ambil jadwal seminggu 3 kali, di hari-hari lainnya saya bisa membagi waktu antara kerja dengan mengurus anak. Me time saya … ya saat jam istirahat di kantor. Jadi kalau libur kerja dan kuliah, waktu benar-benar saya curahkan untuk keluarga.
Gemma: Masa ini masa yang paling stres dan bikin pegel-pegel atur jadwal. Pertama, ternyata Yardan lahir dengan kelainan jantung bawaan yang berarti membuat saya harus memberikan perhatian khusus. Sempat bingung juga, di satu sisi ingin total sama anak, di sisi lain tidak mau mengecewakan orangtua dengan meninggalkan bangku kuliah. Alhamdulillah keluarga sangat mendukung, jadi selama saya kuliah Yardan dititip ke rumah orangtua dulu. Tugas-tugas kuliah juga dikerjakan saat anak tidur atau multitasking tangan kiri menyusui bayi dan yang kanan mengetik makalah. Jadi, ya, sebenarnya badan rontok banget habis melahirkan langsung digeber begadang momong bayi, tugas kuliah, dan ujian.
http://mommiesdaily.com/wp-content/uploads/2011/11/sendshare71-600x360.jpg
Biasanya, kan, lulus kuliah pada sibuk cari kerja. Nah, kalian sendiri gimana?
Lia: Dari sebelum menikah sampai saat ini saya masih kerja di tempat yang sama, jadi ketika lulus kuliah saya tidak sibuk cari kerja. Setelah lulus kuliah saya benar-benar menikmati yang namanya jadi sarjana komunikasi, ibu dari anak saya, dan karyawan. Target saya setelah lulus kuliah adalah siap-siap hamil anak kedua. Hehehe dan akhirnya, Alhamdulillah beberapa bulan setelah wisuda saya hamil anak ke-2.
Gemma: Lehaaa-lehaaaa. Tidur, shopping, tidur, shopping … maunya, sih, gitu. Kenyataan, sih, tetap mengejar-ngejar anak untuk mandi di rumah! Untuk sekarang ini saya belum mau kerja kantoran. Keingian, sih, ada tapi prioritas untuk ada di samping anak sekarang ini nomor satu.
Pernah mengalami saat tersulit dengan posisi menjadi ibu, istri, dan mahasiswa? Share dong :)
Lia: Wawwww … ini, nih … membuat saya agak jauh dengan anak saya yang pertama. Saat itu saya lagi menargetkan kalau dalam waktu 2 bulan skripsi harus selesai. Akibatnya, waktu untuk si abang Axl jadi sedikit banget dan dia jadi lebih dekat dengan ayahnya dibanding bundanya. Sedih banget, tapi semua itu pilihan yang harus saya jalani, berat banget. Untung suami dukung banget, dia yang menyemangati, “Demi skripsi memang harus ada yang dikorbankan. Untuk urusan abang serahkan pada saya. Mumpung anak masih satu, kamu prioritasin skripsi dulu, deh.”
Mana pekerjaan di kantor lagi padat-padatnya. Saya bisa selesai syuting pukul 4 pagi sementara pukul 7 pagi harus berangkat lagi. Belum sempat tidur, sampai di rumah hanya untuk mandi lalu dijemput lagi untuk beraktivitas. Tidak tegaaaaa sekali liat Abang Axl di gendongan ayahnya, saya cium-cium sebelum berangkat sambil saya berbisik ke telinganya, “Maafkan bunda, ya, Nak”. Setelah itu saya langsung nangis.
Kalau selesai syuting lebih cepat yaitu sekitar pukul 12 malam, saya tidak langsung pulang ke rumah tapi ketemu dengan senior kampus yang membimbing skripsi saya. Di hari libur, saya sibuk membuat revisi skripsi.
Melihat kondisi saya seperti itu banyak yang tanya, kenapa tidak berhenti kerja saja, sih. Inginnya, sih, begitu, tapi karena materi skripsi berhubungan dengan kantor tempat saya kerja dan kantor memberi keleluasaan untuk melakukan riset serta boleh membagi waktu dengan kuliah tanpa potong gaji sedikitpun membuat saya memutuskan untuk tetap bekerja. Alhamdulillah semua itu bisa terlewati.http://mommiesdaily.com/wp-content/uploads/2011/11/Bandung2102011-600x450.jpg
Gemma: Pernah dan banyaaaak…. Terutama masa-masa awal setelah melahirkan, bawaannya mewek melulu meratapi hidup. Sejak tahu anak saya juga memiliki kebutuhan khusus, maka keinginan saya adalah melakukan apa pun yang terbaik untuknya. Di lain sisi saya juga mau mempertahankan nilai-nilai saat kuliah dan lulus tentunya. Saya juga berniat memberikan ASI eksklusif kepada Yardan, jadi malam saya pompa ASI biar saat kuliah saya tenang menitipkannya di rumah orangtua.
Bencana sempat datang pas kuliah libur, saya males mompa dan langsung kasih ASI langsung dari gentongnya. Ketika kuliah masuk lagi ternyata Yardan sama sekali tidak mau minum ASIP apa pun medianya (cup, sendok, dot), maunya langsung nemplok ibunya. Puluhan botol ASIP terbuang percuma karena Yardan tidak mau minum kalo tidak nempel puting ibunya. Akhirnya saya menyusui Yardan sebelum kuliah, berangkat ngebut untuk kuliah sebentar, pulang buru-buru, dan langsung menyusui Yardan lagi. Untung jarak kampus dan rumah orangtua dekat dan bisa ditempuh dengan waktu sekitar setengah jam. Saat itu Yardan baru berusia tiga bulan dan hal tersebut membuat saya tidak tenang, akhirnya memutuskan untuk cuti kuliah selama setahun.
Selama skripsi dapat dikatakan saya hanya tidur 4 jam per hari. Saya baru bisa mengerjakan skripsi ketika anak tidur siang atau malam. Soalnya Yardan memang paling gratak kalo lihat laptop ibunya dalam keadaan siap pakai, bawaannya mau ikut main saja. *keluh*
Pengalaman berharga apa yang kalian pelajari dengan menjalani ini? (misalnya jangan menikah sebelum lulus kuliah? hihhi)
Lia: Pengalaman berharga jadi mahasiswa sekaligus ibu dan istri memang berat, tapi kalau kita sudah berhasil menjalaninya, nikmatnya luar biasa. Kalau ada momies yang terlanjur menikah sebelum lulus kuliah sebaiknya harus punya niat yang kuat dan pengorbanan demi tercapainya “LULUS KULIAH”, misalnya :
1. Dukungan dari keluarga sangat diperlukan mulai dari suami, orangtua, dan mertua
2. Skala Prioritas, tagetkan apa yang harus dicapai,
3. Kalau menurut saya, urusan anak adalah urusan kita dan Tuhan, jadi kalau tiba-tiba hamil itu berarti anugerah, jangan dianggap beban. Tuhan kasih kita anak karena Dia percaya kita bisa menjaga titipan-Nya.
4. Lakukan semuanya dengan hati yang ikhlas. Kadang kita lelah dengan urusan kuliah atau pekerjaan, di rumah anak rewel, sakit, atau GTM. Nah, jangan panik menghadapi ini … maklumi saja, anak jarang ketemu kita … jadi sekalinya kita punya waktu, dia akan sangat minta perhatian ibunya.
Hidup itu pilihan, apa pun yang kita pilih jalani dengan hati yang ikhlas dan nikmati saja. Menjalaninnya berat tapi ketika sudah berhasil melewatinya tidak sangka kita ternyata bisa. Alhamdulillah anak-anak saya tumbuh jadi anak yang mandiri terutama Abang Axl, sekarang sudah kelas 1 SD tapi masih sering saya peluk dan ciumi pipinya. Kalau yang kecil … Alhamdulilah saat dia bayi waktu saya sudah cukup luang tidak seperti zaman abangnya. Lulus kuliah setelah menikah dan punya anak rasanya seperti bisul yang sudah pecah. Legaaa banget. Haha.
Gemma: Tentunya kalau mau hidup lebih damai sejahtera … ya lulus kuliah dulu baru kawin. Nafsu bisa nunggu, kok. Hihihi.
Tapi seandainya memang harus menikah dan punya anak saat masih kuliah, selama dalam diri ada niat untuk menyelesaikan kuliah, pasti bisa. Peran keluarga sangat membantu dalam memberikan dukungan dan bantuan agar kita dapat menyelesaikan kuliah. Bersyukur sekali bisa dapat dukungan luar biasa dari suami dan orangtua hingga akhirnya saya bisa menyelesaikan kuliah dengan jurusan yang disukai tanpa harus kehilangan waktu dengan anak.
Yang harus diteriakkan dalam hati tiap hari adalah kata: SEMANGKAAA! (Semangat Kuliah demi Anaknya, Kakak!) :D
Kalau membaca cerita dua mommies di atas rasanya ikutan stres juga, ya, tapi bisa dilihat keduanya memiliki optimisme tinggi terhadap kehidupan makanya berhasil melewati masa-masa sulit. Selamat ya, Gemma dan Lia!

Mengenai Saya

Foto saya
surabaya, jawa timur, Indonesia
Achmad muhaimin rojabi usia 16 tahun, laki-laki Surabaya, Indonesia My name is Muhaimin. I'm still me, do not equate me with others . therefore friends with me . then you will know a lot about me. e'mail: muhaimin.r@gmail.com FB I : Muhaimin ZeeDrgon Slayerz Twitter : AMR_d'masiv